Rabu, 19 Desember 2012

ALIRAN FILSAFAT PRAGMATISME



ALIRAN PRAGMATIS
A.    Sejarah Pragmatisme
            Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika adalah Charles Sandre Peirce (1839-1914), William James (1842-1910), dan John Dewey (1859-1952). Keiga filosof tersebut berbeda, baik dalam metodologi maupun dalam kesimpulannya. Pragmatisme Pierce dilandasi oleh fisika dan matematika, filsafat Dewey dilandasi oleh sains-sains sosial dan biologi, sedangkan pragmatisme James adalah personal, psikilogis, dan bahkan mungkin religius.
            Istilah pragmatisme berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.
            Istilah lainnya yang dapat diberikan pada filsafat pragmatisme adalah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Disebut instrumentalisme, karena alirannya ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia sebagai kekuatan utama manusia harus dianggap sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan masalah dalam pendidikan. Intelegensi bukanlah tujuan, melainkan alat untuk hidup, unuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain itu instrumentalisme menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir, melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat untuk mencapai tujuan berikutnya, termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tuju`n akhir. Kalau suatu kegiatan telah mencapai tujuan, maka tujuan tersebut dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya.
            Dikatakan eksperimentalisme, karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya. Eksperimentalisme menyadari dan mempraktekkan bahwa asas eksperimen (percobaan ilmiah) merupakan alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori. Percobaan-percobaan tersebut akan membuktikan apakah suatu ide, teori, pandangan, benar atau tidak. Denganpercobaan itulah subyek memiliki pengalaman nyata untuk mengerti suatu teori, suatu ilmu pengetahuan.


B.     Konsep Pragmatisme
       Konsep dasar filsafat pragmatisme di antaranya :
1.    Realitas
Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan memiliki tanggung jawab yang sama terhadap realitas. Perubahan merupakan esensi realitas, dan manusia harus siap mengubah cara-cara yang akan dikerjakannya. Menurut Dewey, manusia secara langsung mencari dan menghadapi suatu realita disini dan sekarang sebagai lingkungan hidup. Hakekat realita adalah perubahan yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan di jagat raya ini. Teori ini didasari pandangan yang disebut “panta rei”, artinya mengalir secara terus-menerus. Bagi pragmatisme tidak dikenal istilah metafisika, karena mereka tidak pernah memikirkan hakikat dibalik realitas yang dialami dan diamati oleh pancaindera manusia.
Pengalaman manusia tentang penderittaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan, kekacauan, kebodohan, kegagalan hidup dan sebagainya merupakan realita yang dihadapi manusia sampai ia mati. Pengalaman merupakan suatu perjuangan, karena hidup sebenarnya adalah perubahan-perubahan itu sendiri.
2.      Pengetahuan
  Pragmatisme yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti. Pengetahuan sebagai transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran merupakan bagian dari pengetahuan. Inti dari pengalaman adalah berupa masalah-masalah yang dihadapi oleh individu atau sekelompok individu. Pengalaman pada dasarnya selalu berubah, maka unuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan pengetahuan-pengetahuan atau hipotesis-hipotesis. Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berpikir adalah kemajuan hidup. Nilai pengetahuan manusia harus dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis.
Menurut John Dewey,yang dikemukakan oleh Waini rasyidin (1992 : 144), dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalm memecahkan masalah hendaknya melalui lima tahapan yaitu :
a.    Indeterminate situasion
b.    Diagnosis
c.    Hypotesis
d.    Hypotesis testing
e.    Evaluasion
3.      Nilai
  Pragmatisme mngemukakan pandangan tentang nilai, bahwa nilai itu relatif. Pragmatisme menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita menguji kebenaran pengetahuan. Kita harus mempertimbangkan perbuatan manusia dengan tidak tidak memihak, dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia. Nilai-nilai itu tidak akan dipaksakan dan akan disetujui setelah diadakan diskusi secara terbuka. Nilai lahir dari keinginan, dorongan, dan perasaan serta kebiasaan manusia, sesuai dengan watak sebagai kesatuan antara faktor biologis dan sosial dalam diri dan kepribadiannya. Nilai merupakan suatu realitas dalam kehidupan, yang dapat dimengerti sebagai suatu wujud dalam perilaku manusia, sebagai suatu pengetahuan dan sebagai suatu ide.
C.    Implikasi Filsafat Pendidikan Pragmatisme
a.    Konsep pendidikan
Menurut Dewey, terdapat dua teori pendidikan yang saling bertentangan. Kedua teori tersebut adalah paham konservatif dan “unfolding theory” (teori pemerkahan). Menurut teori konservatif, pendidikan adalah suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada pada anak. Jelasnya pendidikan merupakan proses pembentukan jiwa dari luar, dimana siswa tinggal menerima pelajaran saja, materinya sudah ditentukan pendidik.
Sedangakan “unfolding theory” berpandangan bahwa anak akan berkembang dengan sendirinya, karena kekuatan laten yang dimilikinya.  Menurut pragmatisme, pendidikan bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar, tetapi merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu dapat dikatakan baik anak maupun dewasa selalu belajar dari pengalaman.
John Dewey mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan berdasarkan atas tiga pokok pemikiran, yaitu,
1). Pendidikan merupakan kebutuhan hidup
Karena adanya anggapan baahwa pendidikan selain sebagai alat, juga berfungsi sebagai pembaharuan hidup, “a renewal of life”. Hidup itu selalu berubah, selalu menuju pada pembaharuan.hidup merupakan keseluruhan tingkatan pengalaman individu dengan kelompok. Untuk kelangsungan hidup diperlikan usaha untuk mendidik anggota masyarakat, mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan sebagai minat pribadi (personal interest). Bahwa pembaharuan hidup tidak otomatis, melainkan banyak tergantung pada teknologi, seni, ilmu pengetahuan, dan perwujudan moral kemanusiaan. Untuk itulah semuanya membutuhkan pendidikan.
2). Pendidikan sebagai pertumbuhan
  Menurut Dewey, pertumbuhan merupakan perubahan yang berlangsung terus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya. Pertumbuhan itu terjadi karena kebelummatangan. Disitu anak memiliki kapasitas pertumbuhan potensi, yaitu kapasitas yang dapat tumbuh menjadi sesuatu yang berlainan, karena pengaruh yang datang dari luar. Ciri dari kebelummatangan adalah adanya ketergantungan dan plastisitas anak. Kalau diterapkan pada pendidikan, bahwa kekuatan untuk tumbuh tergantung pada kebutuhan atau ketergantungan terhadap orang lain dan plastisitas yang dimiliki anak. Yang dimaksud plastisitas adalah kemampuan belajar dari pengalaman, yang merupakan pembentukan kebiasaan. Kebiasaan yang mengambil “habituation” , yaitu keseimbangan dan kebutuhan yang ada pada aktivitas dengan lingkungan dan kapasitas yang aktif untuk mengadakan penyesuaian kembali.
3). Pendidikan sebagai fungsi sosial
Kelangsungan hidup terjadi karena self renewal. Kelangsungan ini terjadi karena pertumbuhan , karena pendidikan yang diberikan pada anak-anak dan pemuda di masyarakat. Dalam hal ini, lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan, dan fungsi pendidikan merupakan “a process of leading and bringing up”, pendidikan merupakan suatu cara yang ditempuh masyarakat dalam membimbing`anak yang masih belum matang menurut bentuk susunan sosial sendiri.
Sekolah merupakan alat transisi, merupakan suatu lingkungan khusus yang memiliki tiga fungsi, yaitu, yang pertama, menyederhanakan dan menerbitkan faktor-faktor bawaan yang dibutuhkan untuk berkembang. Kedua, memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada. Ketiga, menciptakan lingkungan yang lebih luas, dan lebih baik daripada yang diciptakan anak tersebut dan menjadi milik mereka untuk dikembangkan.
b.    Tujuan Pendidikan
Objektivitas tujuan pendidikan harus diambil dari masyarakat dimana anak hidup, diman pendidikan berlangsung, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan. Menurut pragmatisme, tujuan pendidikan tidak dapat ditetapkan pada semua masyarakat, kecuali apabila terdapat hubungan timbal balik antara masing-masing individu antara masyarakat tersebut. Tujuan pendidikan adalah kehidupan yang baik, yang dapat dimiliki oleh individu maupun masyarakat. Kehidupan yang baik merupakan pertumbuhan yang maksimum, yang dapat diukur oleh yang memiliki intelegensi yang baik. Perbuatan yang cerdas merupakan jaminan terbaik untuk melangsungkan pertumbuhan.
c.       Proses Pendidikan
Menurut filsafat pragmatisme, pelajaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah diobservasi, dipahami, serta dibicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran terdiri atas seperangkat tindakan untuk memberi isi kepada kehidupan sosial yang ada pada waktu itu. Dewey tidak setuju pada bahan pelajaran yang telah disampaikan terlebih dahulu. Karena realitas dihasilkan dari interaksi manusia dengan lingkungannya, maka anak harus mempelajari dunia seperi dunia mempengaruhinya, dimana ia hidup. Sekolah tidak dipisahkan dari kehidupan, seperti dikemukakan Bode : sekolah merupakan cara khusus untuk mengatur lingkungan, direncanakan, dan diorganisasikan, dengan sekolah kita dapat menolong anak yang dalam menciptakan kehidupan yang baik. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk suatu kehidupan.
Pragmatisme meyakini bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif, tidak secara pasif saja menerima apa yang diberikan gurunya. Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi belajar, guru menyusun situasi-situasi belajar mengenai masalah utama yang dihadapi. Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus merupakan satu kesatuan. Caranya adalah mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan.
Kesimpulan dari Implikasi
Peran guru dalam pendidikan pragmatisme hanyalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan anak. Semua kegiatan anak dilakukan sendiri seiring dengan minat dan kebutuhan yang dipilih, tetapi guru tetap memberikan arahan yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Kekeliruan Pragmatisme:
1.      Kritik dari segi landasan ideologi pragmatisme
Pragmatisme dilandaskan pada pemikiran dasar pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Dengan demikian konteks ideologis pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.
2.      Kritik dari segi metode pemikiran
Pragmatisme yang tercabang dari empirisme nampak jelas menggunakan metode ilmiah, yang dijadikan sebagai asas berpikir untuk segala bidang pemikiran, baik yang berkenaan dengan sains teknologi maupun ilmu sosial kemasyarakatan ini adalah suatu keilmuan.
3.      Kritik terhadap pragmatisme sendiri
Pragmatisme adalah aliran yang mengukur kebenaran suatu ide dengan menggunakan praktis yang dihasilkannya, untuk memenuhi kebutuhan manusia.
            Ide ini bertentangan dari tiga sisi, yaitu:
a.       Pragmatisme mencampuradukkan kriteria kebenaran ide dengan kegunaan praktisnya.
b.      Pragtisme menafikkan peran akal manusia (pragmatisme telah menundukkan keputusan akal kepada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi instingtif).
c.       Pragmatisme menimbulkan realitivitas/ kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan subjek nilai ide baik individu, kelompok dan masyarakat dan perubahan konteks waktu dan tempat.

DAFTAR RUJUKAN
Syaripudin, Tatang. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.http://sataaswelputra.blogspot.com/2008/06/filsafat-pragmatisme-dan-implikasinya.html#ixzz2D0NcqIZ6





















1 komentar:

pak ahmad mengatakan...

Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'