Rabu, 19 Desember 2012

ALIRAN FILSAFAT BEHAVIORISME

Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Behavioristik adalah aliran dalam psikologi yang didirikn oleh John B. Watson pada tahun 1913. 
Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psijologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Faktor yang dianggap penting oleh aliran behaviorisme adalah factor penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
Prinsip-prinsip teori behaviorisme :
-          Objek psikologi adalah tingkah laku
-          Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
-          Mementingkan pembentukan kebiasaan
Tokoh-tokoh penting :
1.      Ivan Pavlov (1849-1936)
-          Teori kondisioning klasik (classical conditioning)
-          Yaitu sejenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau mengasosiasikan stimulus dengan respon
-          Ada 2 jenis stimulus dan 2 jenis respon (tulis jenis dan pengertian)
-          Faktor yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan
-          Generalisasi. melibatkan kecenderungan dari stimulus baru yang serupa dengan stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa.
-          Contoh : seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
-          Deskriminasi. Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya.
Contoh : dalam mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.
-          Pelemahan (extincition). proses melelahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi.
Contoh : kritikan guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar. Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif pesrta didik.

2.      B.F. Skinner (1904-1990)
-          Terkenal dengan teori pengkondisian operan (operant conditioning) atau juga disebut pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)
-          yaitu suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi perilaku menghasilkan berbagai kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku itulah yang disebut dengan pengkondisian operan.
-          Prinsip teori Skinner ini adalah hukum akibat, penguatan atau penghargaan,dan konsekuensi.
-          Prinsip hukum akibat menjelaskan bahwa perilaku yang diikuti hasil positif akan diperkuat dan perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
-          Penguatan merupakan suatu konsekuensi yang meningkatkan peluang terjadinya suatu perilaku.
-          Konsekuensi adalah suatu kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi setelah perilaku dan memengaruhi frekuensi prilaku pada waktu yang akan datang. Konsekuensi yang menyenangkan disebut tindakan penguatan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.
-          Penguatan ada 2 jenis.
Penguatan positif (positive reninforcement) : didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan.
Contoh : peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
Penguatan negatif (negatve reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan
Contoh : peserta didik sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanta. Jadi, perilaku yang ingin di ulangi atau ditingkatkan adlah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.
-          Hukuman adalah suatu konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Contoh : peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak menyenangkan atau hukuman).
-          Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada perilaku yang ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan (sering bertanya). Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak menyenangkan nilai 0 untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan (perilaku mencontek).

JADWAL PEMBERIAN PENGUATAN
1)      Continuos Reinforcement
-          Penguatan diberikan secara terus menerus setiap pemunculan respon atau perilaku yang diharapkan.
-          Contoh : setiap anak mau mengerjakan PR (meskipun banyak yang salah), orang tua selalu menghilangkan kritikan (menghilangkan stimulus tidak menyenangkan/memberikan penguat negatif). Setiap anak mau membantu memakai sepatu sendiri ketika akan berangkat sekolah, orang tua selalu memuji (memberikan stimulus yang menyenangkan/penguat positif).
2)      Partial Reinfocement
-          Penguatan diberikan dengan menggunakan jadwal tertentu.
-          Jadwal Rasio Tetap (Fixed interval Schedule – FI) yaitu pemberian penguatan berdasarkan frekuensi atau jumlah respon/tingkah laku tertentu secara tetap.
-          Contoh : Guru TK berkata, “Jika kalian sudah selesai mengerjakan 10 soal, kalian mendapat hadiah permen.” Tanpa peduli jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut. Siswa mampu menyelesaikan 10 soal (jumlah perilaku yang diharapkan) dan mendapat hadiah permen (merupakan satu penguatan).
Dalam pembelajaran, pelaksanaan penguatan ini dapat ditingkatkan jumlah perilakunya secara bertahap, misalnya meningkat mulai 5 soal dapat dikerjakan mendapat satu penguatan (FR-5), meningkat menjadi 10 soal mampu dikerjakan satu penguatan (FR-10)
Akhirnya, pesrta didik diharapkan mampu mengerjakan banyak soal dengan satu penguatan atau bahkan tanpa adanya  penguatan.
-          Jadwal Internal Tetap (Fixed Interval Schedule-FI) yaitu pemberian penguatan berdasarkan jumlah waktu tertentu secara tetap. Dalam, FI jumlah waktunya yang tetap.
-          Contoh : ini sangat cocok digunakan seorang ibu untuk melatih anak kecilnya agar mengurangi kebiasaan makan atau minum susu berlebihan. Ibu berkata pada susternya, “Si Badu hanya diberikan susu setiap 1 jam sekali”. Jadi, meskipun Si Bedu menangis, karena belum 1 jam, suster tidak boleh memberikan susu. Minum susu setiap 1 jam (perilaku yang diharapkan) dan pemberian susu oleh suster (penguatan yang diberikan). Jumlah waktu bisa ditingkatkan nenjadi setiap 2 jam (FI-2), 3 jam (FI-3) sampai akhirnya menjadi 4 sekali (FI-4).
-          Jadwal Rasio Variabel (Variable Ratio Schedule – VR) yaitu pemberian  penguatan berdasarkan perilaku, tetapi jumlah perilakunya tidak tetap. Jadi, penguatan tetap diberikan untuk perilaku yang diharapkan, tetapi jumlah perilakunya tidak tetap.
-          Contoh  : paling tepat adalah permainan anak-anak dengan cara memasukkan koin ke mesin untuk mendapatkan hidak tahu pada perilakuadiah. Anak tersebut tidak tahu pada perilaku memasukkan koin yang ke berapa kali, baru memperoleh hadiah.
-          Contoh : dalam pembelajaran adalah guru akan memberi nilai tambahan setiap peserta didik (dari 40 peserta didik di kelas) yang menjawab benar. Peserta didik akan mencoba untuk menjawab belum tentu benar berkalli-kali- VR ) dan tambahan nilai (penguat VR).
-          Jadwal Interval Variabel (Variabel Interval Schedule – VI) yaitu pemberian penguatan pada  suatu perilaku, tetapi jumlah waktunya tidak tetap yaitu tidak dapat ditentukan kapan waktunya tidak tetap. Jika dalam VR, jumlah perilakunya tetap. Dalam VI, jumlah waktunya tidak tetap.
-          Contoh : guru secara acak melakukan pemeriksaan secara keliling di kelas terhadap pekerjaan peserta didik yang menjawab benar dan guru memneri pujian setiap menemukan jawaban benar peserta didik. Peserta didik tidak tahu kapan guru menghampiri dan melihat pekerjaannya serta memujinya jika jawabannya benar. Karena peserta didik tidak tahu kapan gurunyamenghampiri, peserta didik tersebut selalu berusaha mengerjakan dengan benar setiap saat. Peserta didik mengerjakan benarsetiap saat (perilaku-VI) dan guru yang sempat menghampiri dan memberi pujian pada waktu yang tidak tetap (penguatan-VI).
-          KEEFEKTIFAN HUKUMAN
Hukuman hendaknya diberikan untuk perilaku yang sesuai. Terkadang hukuman diberikan terlalu berat, terlalu ringan, bahkan bentuk hukuman yang  tidak ada kaitan dengan pperilaku yang ingin dihilangkan.
Contoh : peserta didik yang tidak mengerjakan PR harus keliling lapangan 10 X (hukuman tidak sesuai), mungkin hukuman yang cocok, peserta didik diberikan PR yang lebih banyak daripada temannya

3.      Edward Lee Thorndike (1874-1949)
-          di kenal dengan istilah koneksionisme (connectionism).
-          Teori ini memandang bahwa  yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya asosiasi atau menghubungkan antara kesan indera (stimulus) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (respon), yang di sebut dengan connecting.
-          Dalam teori ini juga di kenal istilah selecting, yaitu stimulur yang beraneka ragam di lingkungan melalui proses mencoba-coba dan gagal (trial &error).
-          Menemukan hukum-hukum :
a.      Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung kesiapan yang kuat unuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat
b.      Hukum Latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c.       Hukum Akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan

4.      Albert Bandura (1925-sekarang)
Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar.
            Teori belajar Bandura adalah teori blajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain.
            Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan.
            Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat produksi motorik, motivasi.

Daftar Rujukan
1.    

Tidak ada komentar: