ALIRAN PRAGMATIS
A. Sejarah Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai
filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme
Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika adalah Charles Sandre Peirce
(1839-1914), William James (1842-1910), dan John Dewey (1859-1952). Keiga
filosof tersebut berbeda, baik dalam metodologi maupun dalam kesimpulannya.
Pragmatisme Pierce dilandasi oleh fisika dan matematika, filsafat Dewey
dilandasi oleh sains-sains sosial dan biologi, sedangkan pragmatisme James
adalah personal, psikilogis, dan bahkan mungkin religius.
Istilah pragmatisme berasal dari
perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari
hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.
Istilah
lainnya yang dapat diberikan pada filsafat pragmatisme adalah instrumentalisme
dan eksperimentalisme. Disebut instrumentalisme, karena alirannya ini
menganggap bahwa potensi intelegensi manusia sebagai kekuatan utama manusia
harus dianggap sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan
masalah dalam pendidikan. Intelegensi bukanlah tujuan, melainkan alat untuk
hidup, unuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain itu
instrumentalisme menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir,
melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat untuk mencapai
tujuan berikutnya, termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tuju`n akhir. Kalau
suatu kegiatan telah mencapai tujuan, maka tujuan tersebut dapat dijadikan alat
untuk mencapai tujuan berikutnya.
Dikatakan
eksperimentalisme, karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan
berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya. Eksperimentalisme
menyadari dan mempraktekkan bahwa asas eksperimen (percobaan ilmiah) merupakan
alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori. Percobaan-percobaan tersebut
akan membuktikan apakah suatu ide, teori, pandangan, benar atau tidak. Denganpercobaan
itulah subyek memiliki pengalaman nyata untuk mengerti suatu teori, suatu ilmu
pengetahuan.
B.
Konsep
Pragmatisme
Konsep dasar filsafat pragmatisme di
antaranya :
1. Realitas
Manusia dan
lingkungannya berdampingan, dan memiliki tanggung jawab yang sama terhadap
realitas. Perubahan merupakan esensi realitas, dan manusia harus siap mengubah
cara-cara yang akan dikerjakannya. Menurut Dewey, manusia secara langsung
mencari dan menghadapi suatu realita disini dan sekarang sebagai lingkungan
hidup. Hakekat realita adalah perubahan yang terjadi secara terus-menerus dalam
kehidupan di jagat raya ini. Teori ini didasari pandangan yang disebut “panta rei”, artinya mengalir secara
terus-menerus. Bagi pragmatisme tidak dikenal istilah metafisika, karena mereka
tidak pernah memikirkan hakikat dibalik realitas yang dialami dan diamati oleh
pancaindera manusia.
Pengalaman manusia
tentang penderittaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan, kekacauan, kebodohan,
kegagalan hidup dan sebagainya merupakan realita yang dihadapi manusia sampai
ia mati. Pengalaman merupakan suatu perjuangan, karena hidup sebenarnya adalah
perubahan-perubahan itu sendiri.
2.
Pengetahuan
Pragmatisme
yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti. Pengetahuan sebagai
transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran merupakan bagian
dari pengetahuan. Inti dari pengalaman adalah berupa masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu atau sekelompok individu. Pengalaman pada dasarnya
selalu berubah, maka unuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan
pengetahuan-pengetahuan atau hipotesis-hipotesis. Pragmatisme mengajarkan bahwa
tujuan semua berpikir adalah kemajuan hidup. Nilai pengetahuan manusia harus
dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis.
Menurut John Dewey,yang
dikemukakan oleh Waini rasyidin (1992 : 144), dalam menerapkan konsep
pragmatisme secara eksperimental dalm memecahkan masalah hendaknya melalui lima
tahapan yaitu :
a.
Indeterminate situasion
b.
Diagnosis
c.
Hypotesis
d. Hypotesis testing
e.
Evaluasion
3.
Nilai
Pragmatisme
mngemukakan pandangan tentang nilai, bahwa nilai itu relatif. Pragmatisme
menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita
menguji kebenaran pengetahuan. Kita harus mempertimbangkan perbuatan manusia
dengan tidak tidak memihak, dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang
tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia.
Nilai-nilai itu tidak akan dipaksakan dan akan disetujui setelah diadakan
diskusi secara terbuka. Nilai lahir dari keinginan, dorongan, dan perasaan
serta kebiasaan manusia, sesuai dengan watak sebagai kesatuan antara faktor
biologis dan sosial dalam diri dan kepribadiannya. Nilai merupakan suatu
realitas dalam kehidupan, yang dapat dimengerti sebagai suatu wujud dalam
perilaku manusia, sebagai suatu pengetahuan dan sebagai suatu ide.
C.
Implikasi Filsafat Pendidikan Pragmatisme
a. Konsep
pendidikan
Menurut Dewey, terdapat
dua teori pendidikan yang saling bertentangan. Kedua teori tersebut adalah
paham konservatif dan “unfolding theory” (teori pemerkahan). Menurut teori
konservatif, pendidikan adalah suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa
memperhatikan potensi yang ada pada anak. Jelasnya pendidikan merupakan proses
pembentukan jiwa dari luar, dimana siswa tinggal menerima pelajaran saja,
materinya sudah ditentukan pendidik.
Sedangakan “unfolding theory” berpandangan bahwa
anak akan berkembang dengan sendirinya, karena kekuatan laten yang
dimilikinya. Menurut pragmatisme,
pendidikan bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar, tetapi merupakan
suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu
dapat dikatakan baik anak maupun dewasa selalu belajar dari pengalaman.
John Dewey mengemukakan
perlunya atau pentingnya pendidikan berdasarkan atas tiga pokok pemikiran,
yaitu,
1). Pendidikan merupakan kebutuhan
hidup
Karena adanya anggapan
baahwa pendidikan selain sebagai alat, juga berfungsi sebagai pembaharuan
hidup, “a renewal of life”. Hidup itu selalu berubah, selalu menuju pada
pembaharuan.hidup merupakan keseluruhan tingkatan pengalaman individu dengan
kelompok. Untuk kelangsungan hidup diperlikan usaha untuk mendidik anggota
masyarakat, mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan sebagai minat pribadi (personal interest). Bahwa pembaharuan
hidup tidak otomatis, melainkan banyak tergantung pada teknologi, seni, ilmu
pengetahuan, dan perwujudan moral kemanusiaan. Untuk itulah semuanya
membutuhkan pendidikan.
2). Pendidikan sebagai pertumbuhan
Menurut
Dewey, pertumbuhan merupakan perubahan yang berlangsung terus untuk mencapai
suatu hasil selanjutnya. Pertumbuhan itu terjadi karena kebelummatangan. Disitu
anak memiliki kapasitas pertumbuhan potensi, yaitu kapasitas yang dapat tumbuh
menjadi sesuatu yang berlainan, karena pengaruh yang datang dari luar. Ciri
dari kebelummatangan adalah adanya ketergantungan dan plastisitas anak. Kalau
diterapkan pada pendidikan, bahwa kekuatan untuk tumbuh tergantung pada
kebutuhan atau ketergantungan terhadap orang lain dan plastisitas yang dimiliki
anak. Yang dimaksud plastisitas adalah kemampuan belajar dari pengalaman, yang
merupakan pembentukan kebiasaan. Kebiasaan yang mengambil “habituation” , yaitu
keseimbangan dan kebutuhan yang ada pada aktivitas dengan lingkungan dan
kapasitas yang aktif untuk mengadakan penyesuaian kembali.
3). Pendidikan sebagai fungsi
sosial
Kelangsungan hidup
terjadi karena self renewal. Kelangsungan
ini terjadi karena pertumbuhan , karena pendidikan yang diberikan pada
anak-anak dan pemuda di masyarakat. Dalam hal ini, lingkungan merupakan syarat
bagi pertumbuhan, dan fungsi pendidikan merupakan “a process of leading and bringing up”, pendidikan merupakan suatu
cara yang ditempuh masyarakat dalam membimbing`anak yang masih belum matang
menurut bentuk susunan sosial sendiri.
Sekolah merupakan alat
transisi, merupakan suatu lingkungan khusus yang memiliki tiga fungsi, yaitu,
yang pertama, menyederhanakan dan menerbitkan faktor-faktor bawaan yang
dibutuhkan untuk berkembang. Kedua, memurnikan dan mengidealkan kebiasaan
masyarakat yang ada. Ketiga, menciptakan lingkungan yang lebih luas, dan lebih
baik daripada yang diciptakan anak tersebut dan menjadi milik mereka untuk
dikembangkan.
b.
Tujuan Pendidikan
Objektivitas tujuan pendidikan harus
diambil dari masyarakat dimana anak hidup, diman pendidikan berlangsung, karena
pendidikan berlangsung dalam kehidupan. Menurut pragmatisme, tujuan pendidikan
tidak dapat ditetapkan pada semua masyarakat, kecuali apabila terdapat hubungan
timbal balik antara masing-masing individu antara masyarakat tersebut. Tujuan
pendidikan adalah kehidupan yang baik, yang dapat dimiliki oleh individu maupun
masyarakat. Kehidupan yang baik merupakan pertumbuhan yang maksimum, yang dapat
diukur oleh yang memiliki intelegensi yang baik. Perbuatan yang cerdas
merupakan jaminan terbaik untuk melangsungkan pertumbuhan.
c.
Proses Pendidikan
Menurut filsafat pragmatisme, pelajaran
harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah diobservasi, dipahami, serta
dibicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran terdiri atas seperangkat tindakan untuk
memberi isi kepada kehidupan sosial yang ada pada waktu itu. Dewey tidak setuju
pada bahan pelajaran yang telah disampaikan terlebih dahulu. Karena realitas
dihasilkan dari interaksi manusia dengan lingkungannya, maka anak harus
mempelajari dunia seperi dunia mempengaruhinya, dimana ia hidup. Sekolah tidak
dipisahkan dari kehidupan, seperti dikemukakan Bode : sekolah merupakan cara
khusus untuk mengatur lingkungan, direncanakan, dan diorganisasikan, dengan
sekolah kita dapat menolong anak yang dalam menciptakan kehidupan yang baik.
Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk suatu kehidupan.
Pragmatisme meyakini
bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif, tidak secara pasif saja menerima apa
yang diberikan gurunya. Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia
dengan lingkungannya, dan kebenaran adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi
belajar, guru menyusun situasi-situasi belajar mengenai masalah utama yang
dihadapi. Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah,
harus merupakan satu kesatuan. Caranya adalah mengambil suatu masalah menjadi
pusat segala kegiatan.
Kesimpulan
dari Implikasi
Peran guru dalam pendidikan
pragmatisme hanyalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan anak. Semua
kegiatan anak dilakukan sendiri seiring dengan minat dan kebutuhan yang
dipilih, tetapi guru tetap memberikan arahan yang memungkinkan anak berkembang
sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Kekeliruan Pragmatisme:
1. Kritik dari
segi landasan ideologi pragmatisme
Pragmatisme
dilandaskan pada pemikiran dasar pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme).
Dengan demikian konteks ideologis pragmatisme berarti menolak agama sebagai
sumber ilmu pengetahuan.
2. Kritik dari
segi metode pemikiran
Pragmatisme
yang tercabang dari empirisme nampak jelas menggunakan metode ilmiah, yang
dijadikan sebagai asas berpikir untuk segala bidang pemikiran, baik yang
berkenaan dengan sains teknologi maupun ilmu sosial kemasyarakatan ini adalah
suatu keilmuan.
3. Kritik
terhadap pragmatisme sendiri
Pragmatisme adalah aliran yang
mengukur kebenaran suatu ide dengan menggunakan praktis yang dihasilkannya, untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Ide ini bertentangan dari tiga sisi,
yaitu:
a. Pragmatisme
mencampuradukkan kriteria kebenaran ide dengan kegunaan praktisnya.
b. Pragtisme
menafikkan peran akal manusia (pragmatisme telah menundukkan keputusan akal
kepada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi instingtif).
c. Pragmatisme
menimbulkan realitivitas/ kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan subjek
nilai ide baik individu, kelompok dan masyarakat dan perubahan konteks waktu
dan tempat.
DAFTAR RUJUKAN
Syaripudin,
Tatang. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Bandung: Percikan Ilmu.http://sataaswelputra.blogspot.com/2008/06/filsafat-pragmatisme-dan-implikasinya.html#ixzz2D0NcqIZ6
1 komentar:
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
Posting Komentar