Teori Belajar
behavioristik adalah teori
belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Behavioristik adalah aliran dalam psikologi yang didirikn oleh John B.
Watson pada tahun 1913.
Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psijologi belajar yang
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik
Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Faktor yang
dianggap penting oleh aliran
behaviorisme adalah factor penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
Prinsip-prinsip
teori behaviorisme :
-
Objek
psikologi adalah tingkah laku
-
Semua
bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
-
Mementingkan
pembentukan kebiasaan
Tokoh-tokoh
penting :
1. Ivan Pavlov
(1849-1936)
-
Teori kondisioning klasik (classical conditioning)
-
Yaitu sejenis
pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau
mengasosiasikan stimulus dengan respon
-
Ada 2 jenis stimulus dan 2 jenis respon (tulis jenis dan
pengertian)
-
Faktor yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan
pelemahan
-
Generalisasi. melibatkan kecenderungan dari stimulus baru
yang serupa dengan stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa.
-
Contoh : seorang
peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada
mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik
tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan.
Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian
mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
-
Deskriminasi. Organisme merespon stimulus
tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya.
Contoh : dalam mengalami ujian dikelas
yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian
bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.
-
Pelemahan (extincition). proses melelahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan
stimulus tak terkondisi.
Contoh : kritikan guru yang
terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak
termotivasi belajar. Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai
ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan,
teori kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan
terhadap pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih
kebiasaan positif pesrta didik.
2. B.F. Skinner
(1904-1990)
-
Terkenal dengan teori pengkondisian
operan (operant conditioning) atau
juga disebut pengkondisian instrumental (instrumental
conditioning)
-
yaitu suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi perilaku
menghasilkan berbagai kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku itulah yang
disebut dengan pengkondisian operan.
-
Prinsip teori Skinner ini adalah hukum akibat, penguatan atau penghargaan,dan konsekuensi.
-
Prinsip hukum akibat
menjelaskan bahwa perilaku yang diikuti hasil positif akan diperkuat dan
perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
-
Penguatan merupakan suatu konsekuensi yang meningkatkan
peluang terjadinya suatu perilaku.
-
Konsekuensi
adalah suatu kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi
setelah perilaku dan memengaruhi frekuensi prilaku pada waktu yang akan datang.
Konsekuensi
yang menyenangkan disebut tindakan penguatan dan konsekuensi yang tidak
menyenangkan disebut hukuman.
-
Penguatan ada 2 jenis.
Penguatan
positif (positive reninforcement) : didasari prinsip bahwa frekuensi
dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang
mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti
oleh stimulus menyenangkan.
Contoh : peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat
rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin
diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu
dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
Penguatan
negatif (negatve reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi
dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang
tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan
Contoh : peserta didik sering bertanya dan guru
menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati
guru sehingga peserta didik akan sering bertanta. Jadi, perilaku yang ingin di
ulangi atau ditingkatkan adlah sering bertanya dan stimulus yang tidak
menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik
tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan
yang tidak berbobot/melenceng.
-
Hukuman adalah suatu konsekuensi
yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang
tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan.
Contoh : peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan
sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku mencontek
dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak menyenangkan
atau hukuman).
-
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak
pada perilaku yang ditimbulkan. Pada
penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (kritik)
untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan (sering bertanya). Pada hukuman,
pemberian stimulus yang tidak menyenangkan nilai 0 untuk menghilangkan perilaku
yang tidak diharapkan (perilaku mencontek).
JADWAL PEMBERIAN PENGUATAN
1) Continuos Reinforcement
-
Penguatan diberikan secara terus menerus setiap pemunculan
respon atau perilaku yang diharapkan.
-
Contoh : setiap
anak mau mengerjakan PR (meskipun banyak yang salah), orang tua selalu
menghilangkan kritikan (menghilangkan stimulus tidak menyenangkan/memberikan
penguat negatif). Setiap anak mau membantu memakai sepatu sendiri ketika akan
berangkat sekolah, orang tua selalu memuji (memberikan stimulus yang
menyenangkan/penguat positif).
2) Partial
Reinfocement
-
Penguatan diberikan dengan menggunakan jadwal tertentu.
-
Jadwal Rasio Tetap (Fixed
interval Schedule – FI) yaitu pemberian
penguatan berdasarkan frekuensi atau jumlah respon/tingkah laku tertentu secara
tetap.
-
Contoh : Guru TK berkata, “Jika kalian sudah selesai mengerjakan 10
soal, kalian mendapat hadiah permen.” Tanpa peduli jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan soal tersebut. Siswa mampu menyelesaikan 10 soal (jumlah
perilaku yang diharapkan) dan mendapat hadiah permen (merupakan satu
penguatan).
Dalam pembelajaran, pelaksanaan penguatan ini dapat ditingkatkan jumlah
perilakunya secara bertahap, misalnya meningkat mulai 5 soal dapat dikerjakan
mendapat satu penguatan (FR-5), meningkat menjadi 10 soal mampu dikerjakan satu
penguatan (FR-10)
Akhirnya, pesrta didik diharapkan mampu mengerjakan banyak soal dengan satu
penguatan atau bahkan tanpa adanya
penguatan.
-
Jadwal Internal Tetap
(Fixed Interval Schedule-FI) yaitu pemberian penguatan berdasarkan jumlah waktu tertentu secara
tetap. Dalam, FI jumlah waktunya yang tetap.
-
Contoh : ini sangat cocok digunakan seorang ibu untuk melatih anak
kecilnya agar mengurangi kebiasaan makan atau minum susu berlebihan. Ibu
berkata pada susternya, “Si Badu hanya diberikan susu setiap 1 jam sekali”.
Jadi, meskipun Si Bedu menangis, karena belum 1 jam, suster tidak boleh
memberikan susu. Minum susu setiap 1 jam (perilaku yang diharapkan) dan
pemberian susu oleh suster (penguatan yang diberikan). Jumlah waktu bisa
ditingkatkan nenjadi setiap 2 jam (FI-2), 3 jam (FI-3) sampai akhirnya menjadi
4 sekali (FI-4).
-
Jadwal Rasio Variabel (Variable
Ratio Schedule – VR) yaitu
pemberian penguatan berdasarkan perilaku, tetapi jumlah
perilakunya tidak tetap. Jadi, penguatan tetap diberikan untuk perilaku yang
diharapkan, tetapi jumlah perilakunya tidak tetap.
-
Contoh : paling
tepat adalah permainan anak-anak dengan cara memasukkan koin ke mesin untuk
mendapatkan hidak tahu pada perilakuadiah. Anak tersebut tidak tahu pada
perilaku memasukkan koin yang ke berapa kali, baru memperoleh hadiah.
-
Contoh : dalam pembelajaran adalah guru akan memberi nilai tambahan
setiap peserta didik (dari 40 peserta didik di kelas) yang menjawab benar.
Peserta didik akan mencoba untuk menjawab belum tentu benar berkalli-kali- VR )
dan tambahan nilai (penguat VR).
-
Jadwal Interval Variabel
(Variabel Interval Schedule – VI) yaitu pemberian
penguatan pada suatu perilaku, tetapi
jumlah waktunya tidak tetap yaitu tidak dapat ditentukan kapan waktunya tidak
tetap. Jika dalam VR, jumlah perilakunya tetap. Dalam VI, jumlah waktunya tidak
tetap.
-
Contoh : guru secara acak melakukan pemeriksaan secara keliling di
kelas terhadap pekerjaan peserta didik yang menjawab benar dan guru memneri
pujian setiap menemukan jawaban benar peserta didik. Peserta didik tidak tahu
kapan guru menghampiri dan melihat pekerjaannya serta memujinya jika jawabannya
benar. Karena peserta didik tidak tahu kapan gurunyamenghampiri, peserta didik
tersebut selalu berusaha mengerjakan dengan benar setiap saat. Peserta didik
mengerjakan benarsetiap saat (perilaku-VI) dan guru yang sempat menghampiri dan
memberi pujian pada waktu yang tidak tetap (penguatan-VI).
-
KEEFEKTIFAN HUKUMAN
Hukuman hendaknya diberikan untuk
perilaku yang sesuai. Terkadang hukuman diberikan terlalu berat, terlalu
ringan, bahkan bentuk hukuman yang tidak
ada kaitan dengan pperilaku yang ingin dihilangkan.
Contoh : peserta didik yang tidak
mengerjakan PR harus keliling lapangan 10 X (hukuman tidak sesuai), mungkin
hukuman yang cocok, peserta didik diberikan PR yang lebih banyak daripada
temannya
3. Edward Lee
Thorndike (1874-1949)
-
di kenal dengan istilah koneksionisme
(connectionism).
-
Teori ini memandang bahwa
yang menjadi dasar terjadinya
belajar adalah adanya asosiasi atau menghubungkan antara kesan indera
(stimulus) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (respon), yang di sebut
dengan connecting.
-
Dalam teori ini juga di kenal istilah selecting, yaitu stimulur yang beraneka ragam di lingkungan melalui
proses mencoba-coba dan gagal (trial
&error).
-
Menemukan hukum-hukum :
a.
Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung kesiapan yang kuat unuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat
b.
Hukum Latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau
digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c.
Hukum Akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan
4. Albert Bandura
(1925-sekarang)
Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). ia
mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar.
Teori belajar Bandura adalah teori
blajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan
pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku
manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan
antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan.
Faktor-faktor
yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat produksi motorik,
motivasi.
Daftar Rujukan
1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar